
kabarterkini.co.id, NATUNA – Wan Arfandi terlihat sedikit emosi, ketika berbicara tentang pembangunan surau di kampungnya, Sekebun, Desa Batu Gajah, Kecamatan Bunguran Timur, Natuna, Ahad siang 3 Maret 2019. Arfan -biasa di sapa- tak bisa bercerita, siapa yang salah dalam pembangunan rumah Alloh itu hingga memasuki Maret 2019, tetap terbengkalai.
Padahal surau ini di bangun menggunakan dana desa sejak 2017 lalu. “Saya bersama warga Sekebun, hanya melanjutkan pembangunan dengan dana dan tenaga swadaya,” terangnya. “Kalau kami tak lanjutkan, kasihan dengan nasib surau ini.”
Arfan pun tak tahu, nama surau di kampungnya ini. Biasa masyarakat sekitar menyebut, Surau Sekebun. “Kami tak menolak, jika masyarakat luar Sekebun ingin menyumbang dana atau material ke surau kami,” katanya. “Agar tempat ibadah ini dapat segera dipergunakan.”
Lelaki paruh baya itu, berharap Bupati Natuna Abdul Hamid Rizal dan Ketua DPRD Natuna Yusripandi mencari solusi, supaya Surau Sekebun dapat dianggarkan dalam APBD Natuna. Seandai tak dilanjutkan pembangunannya, surau ini akan terus terbengkalai.
“Pemerintahan Desa Batu Gajah tak peduli nasib Surau Sekebun,” kata Kurniawan, rekan Arfandi. “Setelah mereka bangun tak siap, lalu mereka tinggalkan begitu saja.”
Padahal, Ketua RW 01 Air Pucuk, Desa Batu Gajah itu menilai, anggaran surau menggunakan dana desa cukup besar, sekitar Rp360 juta pada 2017. Nyatanya, hanya terbangun dinding sebagian tanpa plaster, atap tanpa plafon, serta lantai tanpa keramik.
“Sejak terbengkalai, Kepala Desa Batu Gajah Bahtiar tak pernah peduli pada nasib Surau Sekebun,” kata Kur -biasa disapa. “Jadi kami masyarakat melanjutkan dengan gotongroyong ketika waktu senggang.”
Rahmat, Tokoh Pemuda Batu Gajah membenarkan, hanya gotongroyong, usaha dapat dilakukan masyarakat. Namun gotong royong, terkadang terkendala pada material bangunan dan upah tukang.
“Maklum, kami bukan ahli bangunan,” kata Rahmat. “Sabtu kemarin, kami gotong royong menyemen sebagian lantai, hasilnya kurang memuaskan.”
Rahmat pernah bertanya pada salah seorang tukang atau ahli bangunan, tentang anggaran pembangunan surau Rp360 juta, apa mencukupi dananya? Menurut tukang itu, dana sebesar Rp360 juta, sangat mencukupi, alias tinggal terima kunci.
“Jelas tukang bisa hitung, berapa habis anggaran, jika bangunan seluas 12 x 12 meter persegi,” timpal Kur. “Tinggal niat, apa ingin membangun sungguh-sungguh, atau main-main,” timpalnya lagi, sambil meminta pada pihak bertanggungjawab agar menyelesaikan Surau Sekebun.
Kades Batu Gajah Bahtiar, hingga berita dipublikasi, belum sempat dimintai tanggapan, kenapa Surau Sekebun dibiarkan terbengkalai. Sementara anggaran pembangunan rumah ibadah itu cukup besar, menggunakan dana desa, sekitar Rp360 juta pada 2017. (*andi surya)