Kabarterkini.co.id, Natuna – Malam Syukuran dan Apresiasi Kepulangan 238 WNI dari Wuhan terselenggara di Gedung Sri Srindit Ranai, Sabtu 15 Februari lalu, menuai protes. Karena kegiatan di dukung sejumlah Kementerian RI itu, panitia pelaksana mengaku mengatasnamakan masyarakat Natuna.
Sementara masyarakat tidak tahu menahu kegiatan itu. Sehingga tudingan mengarah ke KNPI dan Pemuda Pancasila Natuna. Sebab selama ini, masyarakat kabupaten kepulauan perbatasan di tengah negara Asean ini mengetahui, hanya dua organisasi kepemudaan itu, sering bergerak membela kepentingan masyarakat.
“Terus terang, kami tidak mengetahui, siapa oknum telah menjual nama masyarakat dalam penyelenggaraan Malam Syukuran dan Apresiasi Kepulangan 238 WNI dari Wuhan kemarin,” kata Ketua KNPI Natuna Haryadi saat konferensi pers di Kedai Kopi Ranai Square, Jumat 21 Februari 2020.
Jadi, timpal Ketua Pemuda Pancasila Natuna Fadillah, perlu dilakukan klarifikasi pada oknum-oknum telah berani menjual nama masyarakat. Sebab, dalam kegiatan didukung sejumlah Kementerian itu, jelas ada yang diuntungkan. Jadi hal ini perlu klarifikasi.
“Saya pribadi sempat heran, dalam kegiatan, ketua panitia pelaksana tidak memberi kata sambutan laporan di depan tamu undangan,” cetus Haryadi. “Padahal dalam kegiatan apapun, selama mengatasnamakan masyarakat atau instansi pemerintah, laporan pertanggungjawaban kegiatan itu, wajib.
Supaya tidak bias mencari titik persoalan, Fadillah -biasa disapa- Loh akan meminta oknum-oknum itu, melakukan klarifikasi pada pukul 15.00 WIB di Ranai Square. Jika tidak mau hadir, persoalan ini akan dibawa keranah hukum.
“Yang berhak membuat laporan RT dan RW se-Ranai,” ungkap tokoh pemuda Serasan itu. “Kami akan mendukung dalam membuat laporan ke Kepolisian.”
WNI dari Wuhan, adalah 238 mahasiswa Indonesia di observasi di Hanggar Barat Bandara Lanud Raden Sadjad Ranai, Ahad 2 Februari 2020. Penetapan observasi sempat ditolak masyarakat Natuna.
Karena mereka merasa waswas, 238 WNI dari Wuhan ini, terkontaminasi virus Corona. Virus sangat mematikan, dan belum ditemukan obat penawarnya. Meski ditolak, Pemerintah RI tetap dengan sikapnya, menetapkan Natuna sebagai lokasi observasi.
Akhirnya masyarakat Natuna pasrah. Hasil observasi selama 14 hari, rupanya 238 WNI dari Wuhan tidak mengidap virus Corona. Mereka diperbolehkan pulang kerumah masing-masing di sejumlah daerah Indonesia.
Atas sukses observasi, muncul kasus atas nama masyarakat melaksanakan Malam Syukuran dan Apresiasi Kepulangan WNI dari Wuhan itu. Yang menjadi pertanyaan, oknum mana telah menjualnya? (*andy surya)