
Kabarterkini.co.id, Natuna – Direktur PDAM Tirta Nusa Natuna Hendro akan segera menurunkan anggotanya ke Desa Tanjung Sebauk, Kecamatan Bunguran Batubi. Demi mencari solusi terhadap kesulitan air bersih di alami warga desa yang berjarak sekitar 70 kilometer dari Kota Ranai, ibukota Kabupaten Natuna itu.
Tapi Hendro mengakui, PDAM belum bisa memberikan pelayanan air bersih ke Tanjung Sebauk dan desa lain, karena terkendala biaya, serta mengalami kerusakan pipa utama di sekitar Batubi Jaya. Kerusakan pipa, disebabkan pernah terjadi kecelakaan lalu lintas dilokasi tersebut.
“Kita di minta memberi pelayanan tiga lokasi, seperti Desa Tanjung Sebauk, Desa Tapau dan Kecamatan Pulau Laut,” kata Hendro via ponsel, Selasa 9 Juni 2020. “Mengingat biaya operasional cukup besar, kita belum mampu memberi pelayanan.”
Sedangkan, menurutnya, kerusakan pipa utama di Bunguran Batubi, belum bisa di perbaiki. Sebab aset itu, belum milik PDAM. Sehingga belum bisa di plot anggarannya.
“Kita ingin memberikan pelayanan maksimal pada masyarakat,” ungkap Hendro. “Hanya terkendala masalah teknis, dari soal anggaran hingga kepemilikan asetnya.”
Namun, ia merasa heran jika ada oknum-oknum tertentu, mengaku-ngaku dari PDAM menagih uang bulanan ke warga Tanjung Sebauk. Karena tidak ada perintah atau instruksi dari manajemen PDAM Tirta Nusa Natuna.
“Seandai ada oknum mengaku-mengaku dari PDAM menagih, silahkan lapor atau hubungi kami,” tegasnya. “Biar kita proses sesuai aturan berlaku.”
Lalu, bagaimana tentang keluhan warga, sejak PDAM ambil alih pipa milik Pamsimas Tanjung Sebauk, mereka kesulitan air bersih. Padahal waktu masih memakai jasa Pamsimas, desa mereka tidak pernah kesulitan kebutuhan dasar umat manusia itu?
Setahu Hendro, pemasangan pipa, direncanakan akan diserahkan asetnya ke PDAM yang dikerjakan kontraktor itu, tidak menggangu pipa milik Pamsimas. Jadi, ia perlu menurunkan anggotanya ke Tanjung Sebauk, melihat realita sebenar.
“Jaringan pipa ke Tanjung Sebauk, belum menjadi aset PDAM,” ungkap Hendro. “Proyek pembangunan jaringan itu, dikerjakan kontraktor menggunakan dana APBN 2019.”
Amiruddin, warga Tanjung Sebauk, berita sebelumnya, menceritakan kesulitan air bersih dialami desanya. Kesulitan itu terjadi, sejak pegawai PDAM memotong pipa air bersih milik desanya. Padahal, sebelum pipa di potong PDAM, desanya “gemah ripah” air bersih.
“Kejadian pemotongan pipa Pamsimas Tanjung Sebauk, tidak salah, sebelum puasa kemarin,” kata Amirudin pada awak media, Senin sore 8 Juni 2020. “Alasan pemotongan, PDAM akan menyatukan pipanya dengan pipa milik Pamsimas.”
Dengan terjadi pemotongan, serta disatukan antara pipa Pamsimas Tanjung Sebauk dengan milik PDAM, sejak saat itu, air bersih tidak pernah mengalir. Sebab mesin sedot di bak penampungan milik Pamsimas tidak dioperasikan lagi.
“Percuma di operasikan atau difungsikan, mengingat pipanya telah diambil alih PDAM,” terang Amiruddin. “Sayangnya, pipa Pamsimas di ambil alih, air bersih dari PDAM tidak pernah mengalir kerumah-rumah warga Tanjung Sebauk.”
Jadi, sambung pria paruh baya itu, warga Tanjung Sebauk merasa dirugikan. Selama ini tidak pernah, kesulitan air bersih. Tapi hasil “kreasi” PDAM, sebelum puasa lalu, warga Tanjung Sebauk mengalami penderitaan panjang.
“Kami terpaksa ambil air dari sumbernya, dekat bak penampungan Pamsimas,” Amiruddin memandang lokasi sumber air cukup jauh dari pemukiman warga. “Lokasi sumber air bersih, atau bak penampungan itu, sekitar setengah kilometer jauhnya.”
Sekali lagi, ia sangat kecewa dengan perbuatan pegawai PDAM. Berani ambil alih pipa Pamsimas, dan disatukan pipa mereka, namun air bersih tidak kunjung mengalir.
“Kalau belum mampu, memberikan pelayanan air bersih hingga ke Tanjung Sebauk. Jangan pula, pipa air Pamsimas di ambil alih,” kata Amiruddin.
“Kemarin ada pula pegawai PDAM meminta tagihan air bersih. Tapi seluruh warga Tanjung Sebauk tidak mau bayar, karena tidak pernah mengalir air bersihnya,” katanya lagi. (*andy surya)