Perjuangan Laskar Langit di Perbatasan Indonesia

0
1688
DANLANUD RSA Natuna Kolonel Penerbang Dedy Iskandar (dok. istimewa)
TNI AU membangun pangkalan udara Natuna, dimulai pada 1952 silam. Misi mempertahankan kedaulatan wilayah Indonesia di tengah Asean.
KOLONEL Penerbang Dedy Iskandar menatap tajam landasan pacu Bandara Raden Sadjad (RSA) Natuna. Landasan tempat singgah dan terbang pesawat udara, digunakan bersama, antara bandara sipil itu, dengan Pangkalan TNI Angkatan Udara (Lanud) RSA Natuna, yang dipimpinnya. Otomatis kebersihan landasan, dari rumput, kerikil hingga pasir, menjadi tanggungjawab Komandan Lanud RSA Natuna itu.

Sementara Dedy berada di landasan pacu, karena bersama para prajuritnya sedang bergotong royong. Sehingga tatapannya sepanjang landasan, ingin memastikan semua bersih dari rumput, kerikil hingga pasir. Kurang bersih dari ketiga material ini, bisa membahayakan penerbangan, khususnya saat pesawat akan mendarat atau lepas landas.

“Sekecil apapun material asing di landasan pacu, wajib kita bersihkan setiap hari,” kata Perwira TNI AU melati tiga emas itu pada KABARTERKINI.co.id di sela-sela gotong royong, Kamis 27 Juni 2024. “Jika tidak ada kesibukan, saya tetap turun bergabung bersama personel.”

Sedangkan landasan pacu atau pangkalan udara, seperti perkantoran milik Lanud RSA Natuna, awalnya hasil karya Letnan Satu Udara Raden Sadjad pada 1955 silam. Bersama enam personelnya, dari Markas Besar TNI AU, dahulu bernama Angkatan Udara Republik Indonesia atau AURI, dari Jakarta, menggunakan Pesawat PBY Catalina mendarat di alur laut Pelabuhan Sedanau.

Dari pelabuhan, kini menjadi kelurahan di bawah naungan Kecamatan Bunguran Barat yang berjuluk Kota Terapung itu, Raden Sadjad bersama personelnya menaiki kapal kecil milik nelayan menuju ke Kota Ranai, Ibukota Kabupaten Natuna, tepatnya di Pelabuhan Kampung Tua Penagi, Kecamatan Bunguran Timur. Dari pelabuhan ini, cikal bakal pembangunan pangkalan udara TNI AU di Natuna.

“Ketika tiba di Kota Ranai, Pak Raden Sadjad bersama personelnya menggelar musyawarah dengan para pejabat dan tokoh masyarakat setempat,” kata Dedy bercerita. “Hasil musyawarah, Komandan Lanud Natuna pertama itu, bersama personelnya dan masyarakat mulai membangun pangkalan udara.”

SUASANA gotong royong di landasan pacu Lanud RSA Natuna

Pangkalan udara Natuna, menurut alumni Akademi Angkatan Udara (AAU) 1998 ini, dalam sejarah yang tercatat di Pusat Penerangan TNI AU, bernama Padang Air Uma. Lokasi ini layak dibangun, dari hasil survey pertama Tim Mabes TNI AU pada 1952, dan survey kedua pada 1953.

“Setelah survey kedua, Pak Raden Sadjad dan personelnya langsung ke Ranai, melakukan pembangunan pangkalan udara pada 1955,” kata Dedy. “Jadi awal terbangun pangkalan udara, hasil kebersamaan antara masyarakat Natuna atau Ranai dengan TNI AU.”

Pangkalan udara TNI AU harus segera di bangun saat itu, sambung Komandan Lanud RSA Natuna ke-50 ini, karena Presiden RI Ir Soekarno melihat Natuna merupakan gugusan pulau terluar Negara Kesatuan Republik Indonesia. Yang berbatasan langsung dengan sejumlah negara luar.

“Mengingat Natuna berada di kawasan strategis, Presiden pertama kita tersebut, segera memerintahkan Pak Raden Sadjad melalui Kepala Staf TNI AU atau KASAU kala itu, Marsekal TNI Suryadi Suryadarma membangun pangkalan udara di Natuna,” kata Dedy. “Agar kedaulatan wilayah barat ini tetap terjaga dari invasi negara luar atau negara asing.”

Sementara Natuna, merupakan kabupaten kepulauan perbatasan di tengah negara Asean. Kabupaten kepulauan yang mempunyai sejumlah kecamatan terpisah lautan ini, berada di tengah Asean, sebab di kelilingi Negara China, Filipina, Brunai Darussalam, Malaysia, Singapura, Malaysia Timur, Thailand, Kamboja,  Vietnam, termasuk Indonesia. Lalu, Natuna berada di jalur pelayaran dan penerbangan internasional.

Sehingga keberadaan kabupaten kaya sumber daya perikanan, minyak dan gas bumi serta berbatasan langsung, antara Laut Natuna Utara dengan Laut China Selatan ini, menjadi prioritas utama Presiden Soekarno menjaga kedaulatannya. Pasukan pertahanan yang paling tercepat bergerak, karena lintas udara dan laut, yakni TNI AU. Dengan sejarah ini, keberadaan Natuna tidak terlepas dari perjuangan Laskar Langit tersebut. ****

Laporan: Andi Surya

Update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari KABARTERKINI.co.id. Ayo bergabung di Facebook dan Instagram KABARTERKINI.co.id, atau klik link https://www.kabarterkini.co.id

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini