Sebanyak 34 Gubernur se-Indonesia, Tumpahkan Tanah dan Air di Bejana Nusantara pada Titik Nol Kilometer

0
631
GUBERNUR Kepri Ansar Ahmad (kanan) saat berbincang dengan Presiden RI Joko Widodo

KALIMANTAN, KABARTERKINI.co.id – Sebanyak 34 Gubernur se-Indonesia, termasuk Gubernur Kepri Ansar Ahmad masing-masing menyerahkan tanah dan air yang mereka bawa kepada Presiden RI Joko Widodo. Tanah dan air disatukan dalam sebuah Bejana Nusantara di titik nol kilometer Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, Kalimantan Timur, Senin 14 Maret 2022.

Gubernur Kepri Ansar Ahmad pada awak media mengatakan, tanah dan air dibawa dari Kepri memiliki nilai historis dan erat kaitannya dengen kearifan budaya lokal. Karena tanah diambil dari Daik-Lingga, Kabupaten Lingga. Air diambil dari sumur Balai Adat, Pulau Penyengat, Kota Tanjungpinang.

“Kita yakin jika seluruh Gubernur dari setiap provinsi membawa tanah dan air, diambil dengan asal-muasal sumber yang bisa mewakili daerahnya. Melalui proses penyatuan ini, semoga saja seperti yang kita harapkan, bisa menyatukan Indonesia, berkah dan guyub,” kata Ansar.

Sebelumnya, politisi Partai Golkar itu telah menjelaskan, kenapa tanah diambil dari Daik Lingga? Menurut Ansar, tanah ini berada di lokasi struktur Cagar Budaya Bekas Tapak Istana Damnah yang dibangun pada 1860 semasa Kesultanan Lingga – Riau Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah II (1857-1883), serta dibantu Dipertuan Muda Riau X Raja Muhammad Yusuf Al–Ahmadi beserta Pemaisurinya (isteri) Tengku Embung Fatimah.

Tepatnya, tanah dibawa, diambil dari lokasi Balai Bertitah (Singgasana) tempat Balai Pemerintahan Sultan. Yang merupakan Balai Bagian Bekas Istana Sultan Lingga – Riau terakhir di Daik Lingga, Kabupaten Bunda Tanah Melayu.

Sesuai sejarah, istana Damnah tahta pemerintahannya ketika itu diteruskan Tengku Embung Fatimah (1883-1883) sebagai pemerintahan sementara. Lalu dilantik dan dinobatkannya Anandanya Raja Abdul Rahman menjadi Sultan Lingga–Riau pada 1875 dengan gelar Sultan Abdulrahman Muazzam Syah (1885-1991) yang merupakan Sultan Lingga–Riau terakhir.

“Berdasarkan sejarah, sumber tanah yang kita bawa ini sangat erat kaitannya dengan sejarah dan nilai-nilai leluhur Melayu di Kepri,” jelas Ansar.

Adapun alasan membawa air dari sumur Balai Adat Pulau Penyengat Indera Sakti dikarenakan banyak yang mengatakan bila seseorang ke Tanjungpinang, Kepri belum lengkap jika belum bertandang ke Pulau Penyengat serta minum atau sekedar cuci muka menggunakan air di Pulau tersebut.

Sumur dimaksud Ansar hanya memiliki kedalaman sekitar 2,5 meter. Meski demikian tidak pernah kering sepanjang tahun walaupun di musim kemarau. Bahkan air sumur yang ditemukan sejak abad ke-16 tersebut tidak masin seperti kebanyakan sumber air yang berada dekat laut. Meskipun letak sumur hanya sekitar 30 meter dari pantai.

Saat ini, situs – situs bersejarah yang ada di pulau Penyengat sedang diusulkan kepada UNESCO (Badan PBB untuk Pendidikan dan Kebudayaan) untuk menjadi situs warisan dunia.

“Air tawar itu hingga saat ini tetap bisa dinikmati masyarakat setempat dan para wisatawan yang datang berkunjung. Ada beberapa sumur di Penyengat dan salah satunya adalah yang berada di bawah Gedung Balai Adat Pulau Penyengat yang berfungsi sebagai tempat untuk menyambut tamu atau mengadakan perjamuan bagi orang-orang penting,” ujar Ansar lagi. (*juwono/hms)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini