
Proyek Pelabuhan Subi, dinilai dikerjakan “asal-asalan”. Proyek Kementerian Perhubungan dibangun empat tahap, anggaran seratusan milyar rupiah itu, belum rampung.
kabarterkini.co.id, NATUNA – Suara Amrullah melalui sambungan telepon seluler, terdengar emosi, Sabtu 12 November 2016. Suara mantan wartawan mingguan itu terdengar emosi, ketika menjelaskan kronologis kejadian pada pekerjaan proyek pembangunan Pelabuhan Subi. Proyek pembangunan pelabuhan berada di kecamatan perbatasan Indonesia, yang hanya dapat ditempuh melalui jalur laut sekitar delapan jam dari Kota Ranai, ibukota Kabupaten Natuna itu, dikerjakan “asal-asalan.” Padahal, kata Amrulah, “Proyek Pembangunan Pelabuhan Subi telah menghabiskan anggaran ratusan milyar rupiah.”
Kenapa pekerjaan proyek pembangunan Pelabuhan Subi dituding “asal-asalan”? Karena, kata Amrul –sapaan akrabnya- proyek pembangunan Pelabuhan Subi, atau Pelabuhan Perintis, panjang sekitar dua kilometer dari Kementerian Perhubungan Republik Indonesia, telah menghabiskan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) selama empat tahun (2013, 2014, 2015, 2016) itu, tidak sesuai dengan hasil pekerjaan. “Coba turun kelapangan, hasil pekerjaannya tidak masuk akal,” kata Amrul. “Proyek pembangunan pelabuhan seratusan milyar rupiah, hanya tiang-tiang karat terpancang.”
Amrul mengakui, yang telah terbangun, bukan hanya tiang pancang berkarat sepanjang dua kilometer. Paling ujung tiang pancang pelabuhan, sekitar seratus meter, telah terbangun lantai. Namun, lantai terbangun, diragukan kwalitasnya. Sebab, informasi ia terima, ketika dibangun, campuran semen menggunakan air laut. Setelah masyarakat protes, baru kontraktor menggunakan air tawar. “Saya ragu kwalitas lantai pelabuhan itu,” kata pemuda Kota Ranai tersebut. “Apalagi lantai terbangun, dibebani material, seperti pasir, besi dan lainnya, dengan berat puluhan ton.”
Yang menjadi keanehan lagi, kata Amrul, proyek Pelabuhan Subi dibangun, dari tiang pancang hingga semenisasi lantai, dimulai dari laut, baru ke darat. Pelabuhan dibangun secara bertahap. Berbeda kontraktornya. Karena dilelang setiap tahun di Kementerian Perhubungan. Menurut masyarakat Subi, tutur Amrul, tahap pertama dibangun dengan anggaran sekitar Rp5,7 milyar. Jenis pekerjaan, membangun tiang pancang.
Tahap kedua, tidak diketahui, siapa kontraktor, anggaran serta jenis pekerjaannya. “Pembangunan tahap kedua itu, dari kontraktor, anggaran hingga jenis pekerjaan bagai “siluman”. Saya tanya masyarakat, tidak ada yang tahu, tentang pembangunan proyek tahap kedua,” kata Amrul.
Sementara, pekerjaan tahap ketiga, tidak diketahui kontraktornya. Anggaran sekitar Rp59 milyar. Jenis pekerjaan, pembelian bahan material bangunan pelabuhan. Tahap ke-empat, kontraktornya, PT Pilar Dasar Membangun. Anggaran sekitar Rp16 milyar.
Kontraktor itu akan membangun lantai pelabuhan. Dalam membangun lantai, kontraktor sempat menggunakan air laut, sebagai campuran semen. Tetapi, setelah masyarakat protes, kembali kontraktor menggunakan air tawar. “Proyek tahap empat ini, baru selesai 40 persen,” tegas Amrul, sambil menambahkan, akan mengirim foto-foto kondisi proyek Pelabuhan Subi melalui WhatsAap.
Amrul juga menyarankan, Info Nusantara konfirmasi mantan Camat Subi Romi R. Novik. Kemungkinan salah satu kontraktor, empat tahap itu, pernah berkoordinasi dengan Romi, sebelum melaksanakan pekerjaannya. “Pelaksana Tugas Camat Subi, tidak tahu tentang proyek pelabuhan ini,” kata Amrul. “Konfirmasi Camat lama (Romi R. Novik-red), mungkin ia tahu.”
Mantan Camat Subi, Romi R. Novik, hingga berita naik cetak, belum bisa dikonfirmasi. “Saya tegaskan, proyek pembangunan Pelabuhan Subi tidak jelas,” kata anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Natuna Baharuddin, ketika dimintai tanggapan disalah satu kedai kopi, Senin 14 November 2016. “Mungkin Dinas Perhubungan Natuna juga tidak tahu proyek dari Kementerian Perhubungan itu.”
Dari enam foto dikirim Amrul melalui WhatsAap. Setiap foto ditulis keterangannya. Foto pertama tentang pasir merah, Amrul menulis, ribuan ton material ditimbun diatas lantai pelabuhan. Jelas mempengaruh pada ketahanan pelabuhan. Foto kedua, tentang batu granit, kwalitasnya terlihat masih muda.
Foto ketiga, campuran semen diragukan kwalitasnya, dominan warna merah pasir. Foto ke-empat, Amrul berfoto dipelabuhan, saat investigasi. Foto kelima, tiang pancang sudah timbul karatan. Foto ke-enam, plang proyek pekerjaan tahap empat.
Di plang tahap empat itu, tertulis : proyek dari Kementerian Perhubungan, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III. Pekerjaan : Pembangunan Fasilitas Pelabuhan Laut Subi Tahap IV (empat-red). Lokasi : Pulau Subi, Kepulauan Riau. Tahun Anggaran : 2016.
Sumber Dana : APBN.
Nomor Kontrak : PL.106/1/5/SBI/UPP.TPA.2016. Nilai Kontrak : Rp16.995.170.000. Kontraktor : PT Pilar Dasar Membangun. Konsultan : CV Bangun Bina Bersama. Celakanya, tidak tertulis, kapan proyek mulai dikerjakan, dan berapa lama pengerjaannya. Kontraktor pelaksana, PT Pilar Dasar Membangun, dan konsultannya, CV Bangun Bina Bersama hingga berita naik cetak, belum dapat dikonfirmasi. Sebab, tidak diketahui alamat, kontraktor dan konsultannya. (*andi surya)