Transformasi Ekonomi, Presiden: Selesaikan Defisit Transaksi Berjalan

0
461

kabarterkini.co.id, JAKARTA – Indonesia telah berpuluh tahun menghadapi satu persoalan tidak kunjung bisa diselesaikan, yaitu current account deficit atau defisit transaksi berjalan. Ia meyakini, salah satu cara menyelesaikan persoalan itu dengan melakukan transformasi ekonomi, yang juga merupakan salah satu dari lima visi misi di periode kedua pemerintahannya.

“Saya meyakini dengan transformasi ekonomi dikerjakan. Saya yakin dalam waktu 3, maksimal 4 tahun akan bisa diselesaikan defisit transaksi berjalan,” sambutan Jokowi -biasa disapa- pada acara pembukaan Kompas 100 CEO Forum digelar di Grand Ballroom, Hotel Ritz Carlton, Kuningan, Jakarta Pusat, dikutip BPMI Setpres, Kamis 28 November 2019.

Transformasi ekonomi diperlukan karena, menurutnya, Indonesia bertahun-tahun ketergantungan terhadap komoditas, baik jumlah maupun harganya. Harga komoditas selalu membayangi ekonomi Indonesia, karena apabila harganya turun, pasti akan berpengaruh kepada pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Selain itu, defisit transaksi berjalan dipengaruhi impor besar dalam bidang energi, terutama minyak dan gas, serta impor barang-barang modal dan bahan baku. Tidak hanya itu, volatilitas rupiah dan pertumbuhan ekonomi juga akan terpengaruh.

“Oleh sebab itu, ke depan kita memiliki agenda besar, yaitu meningkatkan ekspor dan produk substitusi impor. Dua hal ini menjadi agenda berkaitan ekspor dan impor,” ujarnya.

Di samping itu, ungkap Jokowi, transformasi ekonomi akan dilakukan pemerintah dengan terus mendorong peningkatan ekspor dan substitusi impor melalui hilirisasi industri dari sumber daya alam. Ia tidak menghendaki jika Indonesia masih mengekspor dalam bentuk mentah atau bahan baku.

“Misalnya, nikel. Sudah, setop, kita harus pindahkan ke barang-barang setengah jadi atau bahan jadi. Karena hilirisasi dari nikel ini akan menjadi produk-produk memiliki nilai tambah besar apabila kita ekspor dalam bentuk setengah jadi atau barang jadi. Target kita barang jadi. Kemudian kita ingin dalam waktu kira-kira 2-3 tahun, turunan dari nikel ini bisa lari ke namanya lithium baterai,” paparnya.

Hilirisasi produk nikel itu, tegas Jokowi, bakal menjadi bagian dari strategi bisnis negara sedang dirancang, agar Indonesia bisa menjadi hub besar bagi industri mobil elektrik. Apalagi Indonesia kaya akan nikel, cobalt, mangan, dan bahan baku lain untuk membuat lithium baterai.

“Kita tahu Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia. Nomor satu di dunia. Strateginya harus kita pakai dalam rangka membangun industri mobil listrik di negara kita. Kita sudah kirim menteri mendekati industri-industri besar mobil di Jepang, Korea, Jerman, dalam rangka kita mengembangkan lithium baterai,” jelasnya.

Sementara untuk batu bara, terang Jokowi juga memiliki produk turunan berupa polypropylene yang bisa digunakan sebagai bahan baju dan lain-lain. Selain itu bisa dijadikan dymethil ether (DME) dan dijadikan liquefied petroleum gas (LPG).

“LPG, kenapa kita harus impor padahal bisa dibuat dari batu bara yang kalorinya rendah. Sehingga mengurangi impor LPG, kemudian bahan baku dari batu bara bisa dikerjakan. Ini saya berikan target kurang lebih 3 tahun ini harus bisa diselesaikan,” pungkasnya. (*andy surya)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini