
Kabarterkini.co.id, Natuna – Klaim China (Tiongkok) di perairan Laut China Selatan disebut Asia Times, “memakan korban”. Belum lama ini industri energi lepas pantai penting Vietnam dirugikan karena tekanan Negeri Tirai Bambu, tulis media itu.
Tiongkok, menurut laporannya, dilansir dari CNBC Indonesia, Jumat 24 Juli 2020, mendesak Vietnam menghentikan ekspedisi pengeboran migas lepas pantai Rosneft Vietnam -patungan Vietnam dan Rusia- melalui perusahaan bernama semi-submersible (anjungan lepas pantai) Noble Corp.
Noble Corp sendiri berbasis di London. Sebelumnya, tulis media tersebut, perusahaan itu memang sudah mengumumkan membatalkan kontraknya untuk rig eksplorasi semi-submersible, meski tak menyebutkan lokasi.
Hal senada diberitakan BBC Vietnam. Dalam tulisannya, pemerintah Vietnam meminta BUMN migas PetroVietnam membatalkan kontrak karena tekanan Tiongkok.
Proyek ini sendiri dilakukan sejak 2018 di Lan Do, di mana masuk ke lokasi klaim “Sembilan Garis Imajiner” Tiongkok. Konsep Sembilan Garis Imajiner ini membuat Negeri Tirai Bambu itu menguasai 80% Laut China Selatan.
Sebelumnya, laporan The Diplomat, setelah mendapat tekanan berlebihan dari Tiongkok, Vietnam terpaksa membayar kompensasi sebesar US$ 1 miliar (Rp14,6 triliun, asumsi Rp14.621/US$) kepada dua perusahaan minyak internasional karena membatalkan kontrak mereka di perairan tersebut.
Media itu menulis perusahaan energi milik negara Vietnam PetroVietnam akan membayar uang kepada perusahaan Repsol Spanyol dan Mubadala dari Uni Emirat Arab sebagai “kompensasi”. Keputusan ini merupakan harga mahal bagi Vietnam.
Sebuah sumber industri minyak regional mengatakan Vietnam membayar US$ 800 juta kepada Repsol dan Mubadala untuk hak-hak mereka di blok-blok itu. Termasuk US$ 200 juta sebagai kompensasi untuk semua investasi telah mereka lakukan dalam proses eksplorasi dan pengembangan.
Tekanan dilakukan Tiongkok disebut makin keras ke sejumlah negara di Laut China Selatan belakangan ini. Juru bicara Departemen Luar Negeri AS memperkirakan Tiongkok memblokir pengembangan sumber daya migas senilai US$ 2,5 triliun di Laut China Selatan.
Tidak hanya Vietnam, Tiongkok juga mengklaim laut Malaysia. Awal 2020, kapal minyak terafiliasi dengan Petronas dikabarkan CNN International dibuntuti kapal pengawas Tiongkok, dekat pengeboran minyak BUMN Malaysia itu.
Sebenarnya konsep sembilan garis imaginer Tiongkok sudah dibatalkan Mahkamah Arbitrase PBB. Namun Tiongkok menolak.
Akibat klaim sepihak Tiongkok atas wilayah Laut China Selatan, hubungan Negeri Tirai Bambu itu dengan negara anggota Asean memburuk. Setidaknya Tiongkok bermasalah dengan Vietnam, Filipina, Brunei, Taiwan, dan Malaysia. Sementara belum ada konfirmasi dari pemerintah Tiongkok mengenai hal ini. (*andy surya)