Markas Pesawat Pembom Nuklir China Tidak Jauh dari Natuna

0
1418
PESAWAT pembom nuklir China (foto istimewa)

NATUNA, KABARTERKINI.co.id – Belum tuntas kasus kapal selam mata-mata diduga milik China, kini kabar mengejutkan datang. Negeri Tirai Bambu itu kemungkinan telah bersiap, jika perang meletus karena klaim Nine Dash Line mereka di Pasifik dipersoalkan sejumlah negara.

Dikutip dari PLA Daily, Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China melalui pikiranrakyat.com dipublikasi Rabu 6 Januari 2021, diketahui China sejak 2014 telah membangun pangkalan militer di Fiery Cross Reef atau terumbu karang terletak di Kepulauan Spratly.

Mereka memang sengaja mengubah terumbu karang tersebut menjadi pangkalan militer terpadu. Mengingat letaknya sangat strategis bagi kepentingan klaim Nine Dash Line.

Di pangkalan militer di Fiery Cross Reef telah terbangun landasan udara sepanjang 3,3 km. Yang bisa didarati berbagai macam pesawat militer. Sebagaimana diberitakan Zonajakarta.com dalam artikel, “Lebih Berbahaya dari Kapal Selam, Pembom Nuklir China Bermarkas di Pulau yang Tidak Jauh dari Natuna”, sejak tahun 2016 lalu pangkalan ini selesai dibangun dan sekarang sudah beroperasi.

Empat tahun beroperasi, sampai saat ini pangkalan militer di Fiery Cross Reef menjadi pangkalan aju bagi satuan Angkatan Laut China ketika beroperasi di Laut China Selatan. Beberapa jet tempur juga disinyalir ditempatkan di Fiery Cross Reef.

Jadi perlu diwaspadai, jika Fiery Cross Reef mempunyai kemampuan mengoperasionalkan pesawat pembom nuklir China Xian H-6. Pesawat pembom ini mempunyai radius jelajah mencapai 1.800 – 6.000 km, dan mampu membawa rudal balistik Dongfeng -21D atau rudal supersonic CJ-100 dengan radius tembak 1.500 km.

Otomatis sangat mengkhawatirkan. Karena pangkalan militer China di Fiery Cross Reef ini hanya berjarak sekitar 700 km dari pulau Natuna milik Indonesia. Tidak tertutup mungkin di masa depan bukan hanya kapal coast guard China merangsek memasuki Laut Natuna Utara, namun pesawat pembom nuklir H-6 bakal ikutan.

Lantaran sebagian ZEE Indonesia di Laut Natuna Utara diklaim dalam Nine Dash Line China. Jadi sangat tepat, kebijakan Presiden Joko Widodo melalui pemimpin TNI membangun Batalyon Komposit di Natuna. Semua itu untuk mengantisipasi pergerakan militer China di Fiery Cross Reef. (*andi surya)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini