Kini malah sebaliknya, harganya naik tidak karu-karuan, hampir mencapai Rp100 ribu perkilo. Pasalnya, gara-gara harga sempat turun petani jadi malas menanamnya.
Ujang (50), yang memiliki kebun cabai dan sayur di wilayah Sebayar, Desa Sungai Ulu, Kecamatan Bunguran Timur mengatakan harga cabai melambung karena sedikit petani memanen cabai rawit.
“Jika para petani cabai menanam sistem bertahap, harga cabai rawit tidak seperti ini. Pasti stabil tidak mahal. Karena tidak bersistem, jadi langka,” ucapnya sambil menikmati kopi siangnya, Rabu 11 Agustus 2021.
Untuk saat ini, dirinya memanen sayur, sementara cabe masih dalam proses penyemaian. Terakhir panen, ia bisa jual cabai rawit seharga Rp80 ribu perkilo. “Kini malah mencapai Rp100 ribu,” katanya dengan mimik serius.
Syah Roni (50), petani cabai warga Desa Air Lengit, Kecamatan Bunguran Tengah, mengaku saat ini harga cabai rawit mahal. Sangat jauh dengan harga yang ia panen pada bulan lalu.
“Juni kemarin murah, hanya Rp24 ribu perkilo. Kini mencapai Rp100 ribu perkilo. Mungkin kemarin panennya serentak, harga jadi anjlok,” papar Syah Roni.
Narsiem, salah seorang penjual sayur mayur di Pasar Ranai, ibukota kabupaten perbatasan ini, mengatakan saat ini harga cabai rawit beranjak naik. Harga petani Rp80 ribu hingga Rp90 ribu perkilo.
“Dengan harga segitu, kami encer Rp10 ribu per-ons,” kata wanita paruh baya asal Cilacap itu. “Kalau bulan lalu, memang murah.” (*zani)