
DEPOK, KABARTERKINI.co.id – PT PLN (Persero) berhasil membangkitkan geliat usaha Toko Kue dan Roti Fingertalk yang dilakoni penyandang difabilitas. Setelah sempat lumpuh diterpa pandemi Covid-19 dua tahun kemarin.
Toko berlokasi di Depok, Jawa Barat ini memang spesial. Seluruh kegiatan produksi hingga promosi digerakkan sekelompok anak muda yang menyandang tuna rungu.
“Waktu PLN datang survei, kami sungguh senang sekali. Seperti punya harapan baru terlebih bagi teman-teman tuna runggu yang kehilangan kesibukan dan pekerjaan sejak Covid-19,” ujar Lisma, Chief Financial Officer Fingertalk melalui keterangan tertulis, Sabtu 30 Juli 2022.
Hadirnya PLN Unit Induk Pembangunan Jawa Bagian Barat (PLN UIP JBB) melalui program PLN Peduli atau Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL) terbukti membuahkan hasil. Kini, toko dengan logo berwarna jingga itu tampak ramai dikunjungi pembeli.
Di dalamnya, beberapa anak muda tengah melayani konsumen dan merapikan dagangan. Berbeda dengan toko roti lain, para anggota bekerja dalam diam, dan hanya berkomunikasi melalui isyarat tangan serta gerak bibir.
“Kami tidak bisa berbuat banyak. Teman-teman tuna rungu banyak yang tidak punya penghasilan sama sekali saat pandemi Covid-19 kemarin. Jadi bantuan dari PLN ini sangat berarti,” imbuh Lisma.
Untuk mendukung usaha Fingertalk, menurutnya, bantuan PLN digunakan menghidupkan toko kue yang sempat mati suri. Lisma dan timnya kembali mengundang dan mengajak teman-teman tuna rungu bergabung.
Kali ini, teman-teman tuna rungunya menerima pelatihan keahlian dan keterampilan mulai dari membuat berbagai macam varian roti dan snack, serta cara berjualan yang baik. Dana bantuan juga digunakan merenovasi toko agar lebih representatif dan membuat nyaman konsumen berkunjung.
Contohnya seperti Sabtu kemarin, mereka mulai berjualan untuk pertama kali. Lisma sempat menitikkan air mata melihat gigihnya perjuangan teman-teman tuna rungu menjajakan di depan toko.
Sambil berusaha “berteriak” menarik perhatian calon pembeli. Tidak disangka olehnya, toko roti dan kue ini mendapat respons baik dari pembeli. Hanya saja, ia harus terus-terusan mengingatkan teman-temannya tetap tenang.
“Orang difabel sering sangat minim rasa percaya diri. Karena kurang banyak bergaul secara luas. Jadi ketika banyak pembeli datang, mereka panik sehingga tampak tidak tenang,” ujarnya.
Lisma pun tidak lelah memberikan motivasi. Berkali kali dirinya menggerakkan tangan kanan di atas punggung tangan kiri sebagai bahasa isyarat, “pelan-pelan” agar mereka tetap tenang.
“Setelah beberapa hari akhirnya membaik. Semoga teman-teman tuna rungu terbiasa dan semakin prima dalam melayani pembeli,” ungkapnya.
Fingertalk merupakan komunitas difabel yang memiliki tujuan menyediakan lapangan pekerjaan bagi warga berkebutuhan khusus, terutama kelompok tuna rungu. Tercatat, sebanyak 74 persen tuna rungu produktif di Indonesia tidak bekerja dikarenakan stigma sosial dan keterbatasan komunikasi.
Ini yang menjadi penggerak Fingertalk untuk memberi mereka kesempatan dan bekal agar dapat terjun ke masyarakat nantinya. Sayangnya, keterbatasan anggaran seringkali menjadi kendala yang menghambat gerakan sosial ini.
Dengan kehadiran PLN memberikan bantuan renovasi toko, peralatan pendukung serta pelatihan keterampilan menjadi oase bagi kesulitan mereka hadapi. Saat ini, di lokasi toko kue dan roti juga terdapat tempat cuci motor dan mobil dengan seluruh pekerja dari teman-teman tuna rungu Fingertalk. (*andi surya)