Penggiat Adat Budaya Melayu Kepri Pertanyakan Ornamen Jembatan Utama Dompak

0
282
FOTO di Jembatan Utama Dompak, Tanjungpinang, Kepri

TANJUNGPINANG, KABARTERKINI.co.id – Jembatan Utama menuju Pulau Dompak sedang bersolek. Hanya pembuatan motif pada ornamen dipertanyakan para penggiat Adat Budaya Melayu Kepri. Karena sebuah motif pada ornamen mestinya didasarkan pada pola dan fungsinya.

“Biasanya motif dalam ornamen berasal dari geometris, tumbuh-tumbuhan, hewan, manusia, kosmos bentukan alam atau kreasi. Tapi kami melihat ada yang ganjil dengan ornamen digunakan di Jembatan 1 Dompak,” sebut Raja Faizal, salah seorang penggiat Adat Budaya Melayu Kepri melalui keterangan tertulis, Ahad 24 Oktober 2021.

Mengingat, sambung Faizal, fungsi dan makna ornamen harus didasarkan filisopi alamiah. Sebagai perwujudaan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa serta sebagai pembelajaran yang melahirkan adat dan tradisi masyarakat.

“Kami melihat, ornamen Jembatan 1 Dompak dari sisi pembatas atau pagar antara jalan utama dengan pendestarian menggunakan motif tumbuh-tumbuhan. Motifnya mirip Pucuk Rebong. Namun kenapa peletakan gambar ornamen terbalik? Filosopi tumbuhan ini mestinya tetap keatas sesuai kodrat alamiah tumbuh-tumbuhan,” terangnya.

Ukiran ornamen Melayu Pucuk Rebung biasanya, menurut Faizal, dimaknai lambang kesuburan dan kehati-hatian di jalan. Contoh, tumbuh dari bumi ke langit. Jangan malah dipijak karena tajam dan miang. Kalau motif Lebah Bergayut, tentu tidak sesuai penempatan. Lebah bersarang di tempat tinggi. Bukan di pembatas atau pagar.

“Letakkan kaedah fungsi dan makna sesuai tunjuk ajar Melayu. Yang berbunyi adat bersendikan sarak, sarak bersendikan kitabullah. Alam adalah fenomena Tuhan Yang Maha Esa di dalam kehidupan manusia,” terangnya.

Karena kontroversi dengan ornamen Jembatan Utama Dompak itu, Lembaga Adat Melayu (LAM) Kepri akan mengundang sejumlah aliansi membahas fenomena ornamen bersama Dinas Kebudayaan dan PUPR Provinsi Kepri pada Senin 25 November 2021.

“Jadilah tuan di negeri sendiri dan tetap berpegang pada adat dan tradisi. Kalau tidak kita siapa lagi,” pungkas Faizal. (*andi surya)

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini