
NATUNA, KABARTERKINI.co.id – Kesadaran masyarakat dalam pengembangan pariwisata Natuna sangat diperlukan, terutama dari Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) maupun pihak Corporate Social Responsibility (CSR). Semua itu, demi peningkatan ekonomi masyarakat kabupaten kepulauan perbatasan ditengah Negara Asean ini.
Demikian disampaikan Wakil Bupati Natuna Ngesti Yuni Suprapti pada sejumlah awak media diruang kerjanya, Kantor Bupati Natuna, Jalan Batu Sisir, Bukit Arai, Ranai, Senin 20 April 2021. Menurut Ngesti, dana CSR sangat berkomitmen dalam pengembangan pariwisata, khusus di Geopark Natuna.
“Para pelaku usaha, tergabung dalam konsorsium, seperti SKK Migas dan KKKS telah dipanggil Kementerian Luar Negeri untuk membantu sepenuhnya Geopark Natuna. Mereka membantu melalui dana CSR,” papar Ngesti.
Sementara, menurutnya, Pemerintah Kabupaten Natuna telah melakukan komunikasi dengan konsorsium itu. Lalu, telah disepakati tahun depan dana CSR diprioritaskan membangun Geopark Natuna.
“Kami berharap Kemenlu selalu mengingatkan konsorsium agar menggelontorkan dana CSR tidak kecil. Seandai tetap kecil dananya, Geopark Natuna lambat berkembang,” ungkap Ngesti.

Lambatnya pengembangan Geopark Natuna juga terkendala lahan. Sebab Geosite ditetapkan sebagai Geopark Natuna, sebagian masih masuk lahan milik masyarakat. Ada masyarakat pemilik lahan tidak mau lahannya masuk dalam Geopark Natuna.
“Masalah pemilik lahan, perlu kita antisipasi, agar pembangunan Geopark Natuna tidak terhambat,” kata Ngesti sambil mengucapkan terimakasih pada seluruh elemen masyarakat Cemaga, termasuk Pokdarwisnya. Sehingga Gerbang Geosite Batu Kasah bisa terbangun.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Natuna Hardinansyah mengatakan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menetapkan lima sektor percepatan pembangunan kabupaten perbatasan ini. Yang terdiri dari sektor Pariwisata, Lingkungan Hidup, Perikanan, Industri Migas, serta Pertahanan dan Keamanan.
“Alhamdulillah, kini Natuna telah ditetapkan sebagai Geopark atau Taman Bumi Nasional. Kami minta dukungan SKK Migas bersama KKKS, agar Natuna di tetapkan sebagai Geopark Unesco atau Dunia,” kata Hardinansyah.
Sedangkan Natuna ditetapkan sebagai Geopark Nasional, yakni Geosite Tanjung Datuk, lokasi Desa Teluk Buton, Kecamatan Bunguran Utara, mempunyai bebatuan Sedimen Fluvial, berusia sekitar 38 hingga 5,1 juta tahun. Geosite Pantai dan Gua Kamak, lokasi Desa Pengadah, Kecamatan Bunguran Timur Laut, mempunyai bebatuan Sendimen Fluvial, berusia sekitar 38 hingga 5,1 juta tahun.

Geosite Pulau Senua, lokasi Desa Sepempang, Kecamatan Bunguran Timur, mempunyai bebatuan Sendimen Laut Dalam, berusia sekitar 163 hingga 88,5 juta tahun. Geosite Senubing, lokasi Kelurahan Ranai, Kecamatan Bunguran Timur, mempunyai bebatuan Granit, berusia sekitar 125 hingga 66 juta tahun.
Geosite Gunung Ranai, lokasi Desa Cemaga Tengah, Kecamatan Bunguran Selatan, mempunyai bebatuan Granit, berusia sekitar 125 hingga 66 juta tahun. Geosite Batu Kasah, lokasi Desa Cemaga Tengah, Kecamatan Bunguran Tengah, bebatuan Granit, berusia sekitar 125 hingga 66 juta tahun.
GLOBE Pantai Piwang Natuna
Geosite Pulau Akar, lokasi Desa Cemaga, Kecamatan Bunguran Selatan, bebatuan Lava Basalt, berusia sekitar 188 hingga 144 juta tahun. Geosite Pulau Setanau, lokasi Desa Sabang Mawang, Kecamatan Pulau Tiga, bebatuan Peridotit, berusia sekitar 188 hingga 144 juta tahun.
“Ada delapan Geosite di Natuna ditetapkan pemerintah pusat. Kita berharap seluruh Natuna ditetapkan menjadi Geopark Dunia. Kita telah mengajukannya,” ungkap Hardinansyah. (*red)