
kabarterkini.co.id, NATUNA – Ratusan milyar rupiah dana APBN ludes, namun Bendungan Kelarik, Kecamatan Bunguran Utara, Natuna tak berfungsi. Akibatnya, persawahan petani Kelarik tak pernah mendapatkan pasokan air. Padahal keberadaan Bendungan itu, telah lama di nanti masyarakat petani kecamatan kabupaten kepulauan di tengah negara Asean ini.
“Kami berharap hanya Pak Presiden Joko Widodo dapat menyelesaikan masalah ini,” kata Tokoh Pemuda Kelarik Gapok, saat di temui di Kota Ranai, ibukota Kabupaten Natuna, Ahad 24 Februari 2019. “Bendungan itu telah lama di bangun, dari 2011 hingga 2017.”
Kenapa proyek Bendungan itu, sampai enam tahun dikerjakan kontraktor pelaksana? Karena, menurut Gapok, pembangunan Bendungan, proyek sistem multiyears (tahun jamak). Selama enam tahun dibangun, telah menghabiskan uang negara atau APBN sekitar Rp100 milyar.
“Saya yakin, Pak Presiden bisa mengatasi benang kusut terhadap pembangunan Bendungan Kelarik itu,” tegas Gapok. “Hanya Pak Presiden perhatian pada nasib masyarakat kecil, terutama tinggal di pelosok perbatasan Indonesia ini,” katanya lagi, sambil menambahkan, proyek itu mulai di bangun, sebelum era Presiden Joko Widodo.
Imron, petani Kelarik, membenarkan tak berfungsi Bendungan dengan nilai ratusan milyar di kampungnya. Otomatis, keberadaan Bendungan, tak bermanfaat langsung pada masyarakat, khusus sawah-sawah petani. Alhasil, banyak petani mengalihkan lahan, dengan menanam ubi atau pisang.
“Saluran irigasi Bendungan tak bisa dipergunakan,” kata Imron, sedikit kesal. “Kita minta kepada aparat penegak hukum menyelidiki, kontraktor mana bekerja tak sesuai bestek, dari enam tahun proyek itu diluncurkan.”
Informasi diterima, proyek pembangunan Bendungan Kelarik, dari Ditjen Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia. Kontraktor pelaksana pada 2011, PT Gompar Palluga Jaya. Belum diketahui, berapa nilai anggaran proyek pada tahun itu.
Pada 2013, kontraktor pelaksana, PT Benteng Indo Raya. Nilai proyek, sekitar Rp10 miliar. 2014, kontraktor yang sama, anggaran senilai Rp17 milyar. 2015, dilanjutkan membangun irigasi Bendungan, nilai anggaran Rp20 milyar. 2016, nilai anggaran Rp25,279 milyar. 2017, nilai anggaran Rp 35,4 miliar.
“Kalau bangunan Bendungan sangat bagus. Hanya saluran irigasi bermasalah,” kata Imron. “Karena semen kiri kanan saluran, banyak retak-retak.”
Sementara hingga berita dipublikasi, Kontraktor PT Benteng Indo Raya belum di konfirmasi. Apakah pembangunan irigasi Bendungan Kelarik, pihaknya 100 persen pelaksana proyek? (*andi surya)