PLN Siap Konversi LPG ke Kompor Induksi, Tekan Impor dan Hemat APBN

0
311
FOTO istimewa

JAKARTA, KABARTERKINI.co.id – PT PLN (Persero) siap mendukung program konversi kompor Liquified Petroleum Gas (LPG) ke kompor induksi pada 2022. Langkah ini demi mendukung upaya pemerintah membangun kemandirian energi serta menghemat Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menjelaskan, saat ini impor LPG dari tahun ke tahun terus naik, seiring dengan meningkatnya konsumsi masyarakat. Pada 2024 diprediksi impor LPG bisa mencapai Rp 67,8 triliun. Jadi, dengan beralih ke kompor induksi, ketergantungan terhadap impor LPG bakal berkurang secara bertahap.

Sehingga kedepan, dapat mendorong Indonesia dalam kemandirian energi. Tidak hanya itu, masalah defisit transaksi berjalan atau Current Account Defisit (CAD) akibat impor LPG secara perlahan dapat diselesaikan.

“Arahan Bapak Presiden di Istana Bogor sudah sangat jelas, yaitu mengubah energi berbasis impor ke energi berbasis domestik. Salah satunya melalui konversi penggunaan kompor LPG ke kompor induksi,” ujar Darmawan melalui keterangan tertulis, Selasa 15 Februari 2022.

Tidak hanya angka impor, langkah konversi ini juga bakal menekan subsidi LPG dalam APBN yang terus membengkak. Pada tahun ini saja pemerintah menganggarkan Rp61 triliun untuk subsidi LPG. Angka ini akan terus naik menjadi Rp 71,5 triliun pada 2024.

Karena saat ini, pemakaian LPG memang dianggap seakan-akan lebih murah dari kompor listrik. Padahal kalau dicermati, harga LPG di pasaran adalah harga dengan subsidi dari APBN.

Harga keekonomian LPG sebelum disubsidi APBN adalah Rp 13.500 per Kg, yang kemudian Harga Eceran Tertinggi (HET) LPG subsidi dibanderol Rp 7.000 per Kg. Artinya, pemerintah mengeluarkan anggaran Rp6.500 untuk subsidi per Kg LPG.

“Jadi seakan-akan LPG ini lebih murah dari kompor listrik. Padahal ini membebani APBN. Ada komponen subsidi dari APBN sekitar Rp 6.500,” ujar Darmawan.

Menghitung perbandingan berbasis kalori, 1 Kg LPG setara dengan 7 kWh listrik. Harga keekonomian 1 Kg LPG yaitu Rp13.500. Jelas lebih mahal daripada 7 kWh listrik yang biayanya sekitar Rp10.250. Artinya harga keekonomian menggunakan LPG lebih mahal Rp3.250 per Kg dibandingkan dengan pemanfaatan listrik.

Sehingga PLN memastikan pasokan listrik di seluruh sistem kelistrikan dalam kondisi cukup. Otomatis satu setengah tahun ke depan, PLN mempunyai cadangan daya hingga 7 Gigawatt (GW).

“Dengan program ini, akan ada peningkatan kebutuhan listrik. Proyeksi kami, serapan listrik akan meningkat hingga 13 GW. Ini akan meningkatkan kondisi perusahaan dan keuangan negara tentunya,” ujar Darmawan.

PLN menilai, konversi ke kompor induksi ini akan menjadi pintu masuk kemandirian energi, dari yang sebelumnya impor menjadi pemanfaatan listrik yang bersumber energi domestik.

“Ini agenda bersama. Kita gotong royong menuju kedaulatan energi di Indonesia. Apalagi sumber energi domestik kita sekarang melimpah dan dapat dimanfaatkan,” jelas Darmawan.

“Subsidi yang selama ini digunakan untuk membiayai LPG, ke depan dapat dimanfaatkan untuk program lebih berdampak ke masyarakat. Seperti pendidikan, infrastruktur, air bersih, dan sebagainya,” jelasnya lagi. (*andi surya)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini